# 36 LBJ : Pesona di Habitat Komodo

Assalamualaikum wr.wb,

 
Tak terasa CEO Notes saya ini ternyata sudah yang ke 35, saya tulis dan share kepada temen2 saya di FB baik karyawan RNI Group maupun bukan, hampir semuanya adalah sharing mengenai kondisi perusahaan dengan segala dinamika, suka dan dukanya. CEO Notes saya nomor 1 – 20 telah dibukukan dan ini menambah semangat saya untuk menulis lagi supaya bisa dibukukan lagi supaya bisa saya share kepada teman-teman saya yang tidak maniak medaos seperti saya. Saya sering membaca komentar dan tanggapan dari kawan-kawan yang membaca CEO Notes ini terutama yang saya posting di FB. Supaya tidak selalu hadir dengan materi yang “berat”, kali ini saya akan berbagi cerita tentang liburan saya bersama-sama keluarga. Cerita yang mungkin sangat bernuansa personal dan sudah pernah saya share foto-fotonya saat update status FB saya.

 
Sudah lebih dari 1,5 tahun saya ditugaskan bu Menteri BUMN di PT RNI, dan selama 1,5 tahun itu baru kemarin saya mendapat kesempatan untuk berlibur bersama keluarga, ssssssttt itupun setelah istri dan anak-anak nangis bombay karena sudah hampir 3 tahun liburan bersama yang biasanya menjadi agenda tahunan tertunda karena kesibukan saya. Maaf ya mii dan anak2ku baru bisa berlibur kemarin.

 
Beruntung bahwa selama itu ada saja kegiatan dari KBUMN yang membuat saya harus berkeliling kesana kemari di seantero Nusantara sehingga sedikit banyak saya punya referensi tempat yang menarik untuk berlibur. Kebetulan Ibu Menteri mempunyai komitmen yang sangat tinggi untuk memajukan pariwisata di Indonesia. Hampir semua event penting terkait dengan HUT BUMN selalu dilaksanakan di lokasi tujuan wisata dengan maksud selain untuk mengakrabkan para Direksi BUMN juga untuk ikut mempromosikan daerah tersebut. Disamping itu juga dilakukan program-program di seluruh pelosok negeri dengan tujuan menggerakkan kehidupan perekonomian setempat. Sebut saja misalnya kegiatan BUMN Hadir Untuk Negeri yang juga pernah saya share dalam CEO Notes yang lalu.

 
Alhasil saya jadi bisa mengenal Mamuju, Danau Toba, Manado dengan Bunakennya yang tersohor itu dan yang terakhir adalah Labuan Bajo (LBJ) ketika di bulan Oktober ada perayaan Ulang Tahun Bank Mandiri, PLN dan RNI sendiri. Saya sangat terkesan dengan view di perairan Flores tersebut, disamping tentu saja pulau yang sangat terkenal karena dihuni oleh satwa yang tergolong binatang purba seangkatan dengan Dinosaurus, yaitu Komodo. Ternyata cukup banyak obyek wisata yang bisa dikunjungi di lokasi tersebut. Dengan pengaturan yang rapi dan sarana transportasi yang bagus jadilah waktu itu acara kerja di Labuan Bajo menjadi wisata kerja yang menyenangkan. Itulah sebabnya saya sempatkan untuk mengambil cuti dan ajak seluruh keluarga untuk pergi kesana di awal tahun sekaligus memanfaatkan liburan anak sekolah.

 

LBJ2.jpg
Labuan Bajo adalah kota terbesar terdekat yang menjadi base point untuk lokasi wisata sekitar. Sekarang sudah ada penerbangan langsung dari Jakarta ke Labuan Bajo yang dilayani Garuda dengan pesawat jet kecil berpenumpang sekitar 120 orang. Perjalanan di tempuh dalam waktu 2 jam.

 
Walaupun kotanya kecil tetapi bandaranya sangat bagus. Bangunannya baru dan dibentuk seperti miniaturnya Terminal 3 Ultimate Soekarno Hatta. Turun dari pesawat, para penumpang yang pada umumnya wisatawan langsung banyak yang foto. Maklum saja, nama Komodo tentu sangat spesial dan dapat menjadi kebanggaan kalau dipamerkan ke sanak saudara dan kenalan. Hotel dan restauran cukup banyak di Labuan Bajo. Infonya dapat kita peroleh lewat internet untuk memilih mana yang pas dengan selera maupun ukuran kantong kita. Pada umumnya hotel dan restoran berlokasi di bibir pantai, terutama di teluk-teluk yang dikelilingi pulau kecil sehingga view-nya sangat bagus.

 
Dalam perjalanan ke hotel tempat saya dan keluarga menginap yakni Hotel Sylvia kami melewati bukit yang dikenal dengan nama Bukit Cinta. Dari ketinggian di bukit itu kita bisa melihat view pulau-pulau yang ada di sekitar yang ternyata sangat indah. Di Labuan Bajo kita juga bisa menikmati Sunset atau Sunrise, tetapi sayang sore hari itu udara tidak terlalu bersahabat karena tertutup awan mendung sehingga matahari tidak terlihat.

LBJ5.jpg
Sarana hotel dan restoran sebenarnya sangat memadai. Hotel mempunyai fasilitas airport transfer, swimming pool, sun bathing, dan lain-lain layaknya hotel berbintang. Lokasi dan sarana Restoran juga bagus. Ada yang di ujung dermaga, ada yang di bukit di atas pantai, dengan pilihan menu yang sangat beragam. Banyak pemilik restoran ini adalah orang-orang asing dari Italia, Perancis yang rupanya sudah mencium aroma potensi bisnis wisata yang menggiurkan di masa mendatang.

 
Sayang sekali pelayanannya masih di bawah standar terutama dari segi kecepatan. Order in room-dining di hotel bisa sampai lebih dari 1 jam. Menunggu sajian makan di restoran juga bisa lebih dari satu jam.

 
Kekurangan lain adalah sarana jalan yang masih kurang bagus. Ada beberapa ruas jalan yang belum di hotmix padahal itu adalah satu-satunya akses menuju hotel. Public transport juga belum ada sehingga segala sesuatu harus carter.

LBJ4.jpg
Termasuk ketika mengunjungi obyek-obyek wisata disitu, mau tidak mau kita harus carter kapal. Obyek penting yang perlu dikunjungi pertama adalah Pulau Padar. Perlu 4 jam untuk sampai ke pulau itu kalau kita pakai kapal Pinishi dengan kecepatan 7 knots. Pemandangan di Pulau Padar benar-benar sangat indah tetapi perlu perjuangan berat untuk menikmatinya. View itu baru bisa dinikmati dari puncak bukit, tetapi untuk naik ke puncak tersebut perlu tenaga dan nafas kuat karena tanjakannya panjang dan tinggi. Saya salut dengan anak-anak karena mereka semua berhasil mencapai puncak.

 
Obyek berikut yang merupakan puncak acara kunjungan adalah menuju Pulau Komodo. Hanya ada dua pulau besar yang mejadi habitat Si Komo ini, yaitu pulau Komodo dan pulau Rinca dengan total populasi kira-kira 5000 ekor. Konon, Komodo hanya makan sekali dalam sebulan. Jadi kalau sudah pasti ketemu dengan Komodo kenyang, tidak perlu kuatir akan dimakan sama mereka. Apalagi di habitatnya ini, Si Komo lebih familiar makan rusa yang berkeliaran bebas dari pada makan manusia, he he he.

 
Dari pulau Komodo kami bergeser menuju Pantai Pink dengan obyek pemandangan bawah laut. Anak-anak sangat bersemangat sekali untuk melakukan snorkeling disana. Saking semangatnya berenang melihat ikan di laut yang masih perawan anak saya yang paling kecil sampai mengalami kram kakinya karena tidak menghiraukan rasa capek setelah paginya mendaki puncak Pulau Padar. Untung masih bisa saya susul meskipun saya juga harus mengalami kram juga saat menolong anak saya minggir ke pantai. Saat menjelang jam 17 saya ajak anak-anak balik ke kapal, hampir semuanya merajuk minta ditambah waktunya. Saya bilang “nanti kita snoorkeling lagi”. Serentak mereka menjawab “KAPAN??. Saya hanya tersenyum kecut tanpa menjawab sepatah katapun…..rasa bersalah nongol lagi….

 
Sebenarnya bulan-bulan ini bukan merupakan waktu yang tepat untuk berwisata laut disana karena ombak sedang cukup besar. Tetapi antusiasme kami mengalahkan kekawatiran itu karena pulau-pulau di sekitar Labuan Bajo lagi hijau royo-royo….

 
Disamping obyek di laut, Labuan Bajo juga punya obyek darat berupa gua stalagtit-stalagmit yang cukup besar dan indah. Gua itu yang diberi nama Batu Cermin, konon dulunya berada di bawah permukaan laut. Sampai sekarang bisa dilihat sisa-sisa fosil ikan purba yang menempel di dinding gua. Menuju ke gua kita akan melewati hutan bambu berduri yang terlihat sudah sangat tua. Pemandangan yang cukup unik yang tidak ada di tempat lain.

LBJ3.jpg
Setelah melihat obyek yang ada, saya berkeyakinan Labuan Bajo bakalan menjadi tujuan wisata yang sangat menarik bagi wisatawan, terutama mancanegara. Di belahan bumi manapun mereka tidak akan menemukan Komodo selain disini.

 
Bukan hanya Labuan Bajo, saya bisa membayangkan bahwa di seluruh Indonesia pasti banyak sekali view indah di seluruh nusantara yang bisa dijual sebagai obyek wisata. Indonesia mempunyai garis pantai sepanjang 99.000 km yang merupakan terpanjang ketiga di dunia setelah Kanada dan Uni-Eropa. Indonesia juga mempunyai 17.508 pulau yang pasti sangat eksotis pemandangannya. Kalau ada 1 persen saja yang bisa dikembangkan dan dijual sebagai obyek wisata, berari kita punya 175 lokasi.

 
Dengan pengalaman pengembangan Labuan Bajo, Raja Ampat, Gili Trawangan, Derawan, dll. saya kira akan muncul pantai-pantai lain yang mempunyai daya tarik tinggi bagi pariwisata. Pulau-pulau disekitar Flores sendiri sudah cukup banyak yang disewa dan dikembangkan sebagai resort untuk menampung dan sekaligus juga sebagai alternatif wisata baru bagi wisatawan yang potensinya luar biasa. Saya berkesempatan bertemu dengan seorang pengusaha asal Jakarta yang sedang mengembangkan usahanya dengan menyewa salah satu pulau disana. Luar biasa.

 
Kita tidak boleh kalah dengan Singapura yang mampu mengundang lebih dari 10 juta wisatawan per tahun dengan modal satu pulau saja. Devisa yang bisa dikumpulkan tiap tahun di Singapura bisa mencapai 8 milyar dollar.

 
Jangan lupa bahwa kita juga memiliki warisan budaya yang bisa dijual juga sebagai obyek wisata, misalnya Candi Borobudur, Candi Prambanan, Toraja, Minangkabau, Yogyakarta. Juga warisan budaya non-benda yang sudah diakui UNESCO : wayang, keris, batik, angklung, tari Saman dan Noken Papua serta masih banyak lagi.

 
Saya juga melihat bahwa potensi bisnis penunjang pariwisata ini bakal menjadi lahan subur bagi PT Rajawali Nusindo. Modal yang sudah dimiliki berupa cabang yang tersebar di seluruh propinsi bisa dimanfaatkan sebagai station awal dirintisnya pengembangan bisnis selanjutnya. Saya juga melihat modal di sisi SDM, khususnya banyaknya putra daerah yang umurnya masih muda juga bisa dibentuk menjadi ujung tombak yang handal di masa depan.

 
Demikian juga dengan Phapros dan MRB. Silakan digali sendiri masing-masing dimana produk-produknya bisa masuk ke dunia wisata. Yang jelas saya bisa merasakan bahwa saat para wisatawan terombang-ambing ombak di tengah laut yang bergolak pasti mereka membutuhkan produk Phapros. Apalagi saya pernah baca di media massa salah satu BUMN Perhubungan yakni ASDP dan Pelindo III telah investasi di sana.

 
Liburan sudah berakhir, saatnya kembali ke dunia nyata. Kembali bertemu pelanggan, berunding dengan mitra bisnis, membangun semangat para karyawan untuk terus berkarya dan berinovasi agar mampu terus berkompetisi. Mari kita awali tahun baru ini dengan semangat baru. Selamat bekerja.

 

Semoga Allah SWT membimbing dan meridhoi upaya kita.

 
Wassalamualaikum wr.wb.

 

 

Jakarta, 18 Januari 2017.

 
Didik Prasetyo